Ornamen dua naga berwarna hijau yang sedang memperebutkan mustika sang penerang alias matahari. Dipadukan dengan gulungan ombak berwarna biru adalah hal pertama yang akan menyambut para umat Buddha dan para pengunjung dari wihara tertua di Banten, yakni Vihara Avalokitesvara.
Vihara yang penuh dengan dekorasi naga dan ombak ini diyakini telah dibangun pada abad ke-16, jauh sebelum Indonesia merdeka. Sejarah berdirinya vihara tertua di Banten ini dapat dibilang cukup unik, karena sangat berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia.
Terdapat kisah cinta dari seorang tokoh pemuka agama terkemuka dari Indonesia di balik sejarah berdirinya Vihara Avalokitesvara, yakni kisah dari Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati yang merupakan tokoh yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat.
Semuanya berawal dari kedekatan antara Syarif Hidayatullah dengan Putri Ong Tien Nio yang bertemu di Tiongkok pada tahun 1471. Putri Ong Tien diketahui masih berstatus sebagai keluarga kekaisaran Dinasti Ming yang menguasai Tiongkok pada saat itu.
Sayangnya saat itu cinta Syarif Hidayatullah dan Putri Ong Tien tidak berjalan mulus karena tidak adanya restu dari keluarga kekaisaran, hingga akhirnya pada suatu ketika Putri Ong Tien nekat pergi ke Indonesia untuk menyusul Syarif Hidayatullah.
Setelah berhasil bertemu Syarif Hidayatullah, keduanya pun segera melangsungkan pernikahan dan Putri Ong Tien beralih menjadi mualaf dan membantu penyebaran agama Islam di tanah Jawa yang saat itu sedang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah yang sudah mendapat gelar sebagai salah satu dari Wali Songo, yakni Sunan Gunung Jati.
Saat bertolak ke Indonesia, Putri Ong Tien tidak berangkat seorang diri, ia turut memboyong sekira tiga ribu anak buah untuk menemaninya pergi dari Tiongkok. Seusai Putri Ong Tien hidup bersama Sunan Gunung Jati, ribuan anak buah sang putri ini terpecah menjadi dua komunitas di Banten.
Satu komunitas berbondong-bondong menjadi mualaf dan memeluk agama Islam seperti yang dilakukan oleh sang putri. Sementara itu satu komunitas lainnya tetap memeluk agama Buddha, hingga akhirnya mereka mendirikan Vihara Avalokitesvara.
Hal unik lainnya dari Vihara Avalokitesvara adalah, vihara ini juga dikenal dengan nama Klenteng Tridharma karena vihara ini juga bisa digunakan oleh para penganut agama Konghucu dan Taoisme. Bagi Anda yang beragama diluar tiga agama tersebut, baik itu Islam ataupun nasrani, Anda tetap dapat masuk mengunjungi vihara ini yang juga berstatus sebagai salah satu cagar budaya tertua di Banten.
Apabila Anda berniat mengunjungi vihara yang memiliki luas 10 hektar ini, Anda wajib untuk menyempatkan diri melihat setiap sudut di dalam vihara yang sudah berumur ribuan tahun. Vihara ini juga memiliki ukiran yang menceritakan tentang sejarah kejayaan Banten ketika masih menjadi kota pelabuhan.
Sebagai informasi, vihara ini juga memiliki fasilitas penunjang berupa wisma tamu untuk wisatawan atau tamu yang beragama Taoisme, Buddha, dan Konghucu yang ingin bermalam di sana, dan sama sekali tidak dipungut biaya alias gratis. Vihara ini juga memiliki akses jalan yang mudah diakses oleh mobil pribadi atau kendaraan besar seperti bus.
Ingin mengetahui lebih banyak tentang klenteng, wihara, klenteng Surabaya, atau tempat ibadah tertua lainnya di Indonesia? Simak terus artikel dari Indonesia Kaya dan temukan informasi unik di dalamnya.